Beberapa waktu lalu, PepsiCo telah setuju mengakuisisi Siete Family Foods (Siete) senilai 1,2 miliar Dollar AS. Siete adalah bisnis keluarga yang berkantor pusat di Austin, Texas, Amerika Serikat (AS). Siete didirikan oleh tujuh anggota keluarga Garza (Siete adalah Bahasa Spanyol yang artinya tujuh).
Siete awalnya menjual tortilla tepung almond ke toko makanan kesehatan setempat, menggunakan resep yang dikembangkan oleh Veronica Garza, presiden dan kepala bagian inovasi perusahaan serta penerima penghargaan Inc. Female Founders tahun 2023. Selama bertahun-tahun, lini produknya diperluas ke versi yang lebih sehat dari makanan pokok Meksiko Amerika, seperti keripik tortilla, kacang kalengan, saus, dan kue kering.
Muguel Garza, CEO Siete, dalam siaran persnya, seperti dikutip dari inc.com, mengatakan bahwa pihaknya babak selanjutnya bagi Siete ini dapat menjadi inspirasi bagi bisnis-bisnis Latino lainnya, menunjukkan bahwa membangun merek yang berkembang yang menghormati warisan dan merayakan budaya kita adalah hal yang mungkin.
Tidak jelas apakah keluarga Garza akan terus terlibat dalam pengelolaan perusahaan. Ketentuan lain dari kesepakatan tersebut, yang diharapkan akan ditutup pada tahun 2025, tidak diungkapkan. Seorang juru bicara Siete menolak berkomentar mengenai rencana masa depan keluarga.
Pendapatan tahunan Siete diperkirakan mencapai 500 juta Dollar AS pada akhir tahun 2024, dan produknya dapat ditemukan di 37.000 toko, termasuk Whole Foods, Walmart, dan Target. Untuk membantu mendanai pertumbuhan tersebut,
Menjual bisnis, seperti dilakukan keluarga Garza, jamak dijumpai. Namun bagi pemilik bisnis keluarga, keputusan untuk menjual bisnis keluarga bukanlah hal mudah. Bagi mereka, bisnis keluarga bukan sekadar sumber penghasilan dan kehidupan, tetapi telah menjadi bagian dari identitas dan kebanggaan. Begitu banyak pengorbanan dan kerja keras yang dilakukan demi membesarkan bisnis selama bertahun-tahun, bahkan dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, bagi pemilik bisnis keluarga, perusahaan memiliki nilai sentimental.
Mengapa Dijual?
Namun, adakalanya keputusan tersebut harus dibuat. Ada banyak alasan pemilik bisnis keluarga akhirnya memutuskan menjual bisnisnya. Paling banyak terdengar adalah faktor finansial. Perlu dicatat, ini tidak selalu berarti bisnis keluarga mengalami kesulitan finansial. Bisa saja bisnis dijual lantaran ada pihak lain yang mengajukan tawaran menggiurkan untuk membeli bisnis.
Bisa juga bisnis keluarga ingin berkonsentrasi pada bisnis tertentu sehingga memutuskan untuk melepas kepemilikan di bisnis lamanya. Ada pula bisnis keluarga yang memutuskan menjual bisnisnya lantaran produk yang dihasilkan berada dalam siklus penurunan.
Alasan laiinya adalah tidak adanya penerus dari pihak keluarga. Misalnya lantaran anak-anak pemilik bisnis keluarga tidak ada yang berminat untuk meneruskan. Tentunya, orangtua tak bisa memaksa. Sementara kontinuitas bisnis hanya terjamin jika kepemilikan dan pengelolaannya diserahkan ke pihak lain. Ada sebuah kisah dari Jerman. Klaus Eberhardt adalah pendiri iterate, sebuah perusahaan teknologi. Sayangnya, tak satu pun anak-anaknya yang berminat meneruskan usahanya. Akhirnya, alih-alih menjual perusahaan itu kepada investor, ia meminta karyawannya untuk membeli perusahaan itu secara kolektif. Perusahaan IT yang berpusat di Munich ini sekarang dimiliki secara kolektif oleh koperasi yang beranggotakan 350 orang yang dulunya adalah karyawan Eberhardt. Perusahaan ini memasok perangkat lunak kepada klien seperti produsen mobil BMW dan Deutsche Bahn, operator kereta api nasional Jerman.
Konflik keluarga juga bisa mengakibatkan dijualnya bisnis. Adakalanya, langkah ini diambil sebagai jalan tengah untuk menyelesaikan konflik. Agaknya, bagi mereka kerukunan keluarga lebih utama.
Jelas dan Objektif
Sebelum memutuskan untuk menjual bisnis keluarga, ada faktor emosional yang harus dipertimbangkan. Pertama-tama, tentunya diskusi yang mendalam dengan semua anggota keluarga. Semua masukan harus dipertimbangkan lantaran ini keputusan superpenting. Jika ingin dijual, harus dengan alasan yang benar-benar jelas dan objektif.
Saat diskusi, tentunya akan ada yang mendukung, dan ada yang menentang penjualan. Dalam hal ini, kesepakatan bersama mutlak diperlukan, meski tak mungkin memuaskan semua pihak. Ke depannya, bisa saja legasi perusahaan tetap dijaga meski kepemilikan sudah berpindah tangan. Misalnya dengan mendirikan yayasan atau mempertahankan merek keluarga. Bisnis keluarga bisa meminta bantuan pihak ketiga untuk memfasilitasi diskusi atau membantu menyelesaikan perselisihan.
Perusahaan bisa juga memilih calon pembeli yang bisa menjaga nilai-nilai keluarga. Dalam kasus Siete, belum jelasnya peran keluarga Garza pascaakuisisi oleh PepsiCo berisoko hilangnya identitas dan nilai-nilai keluarga Garza.
Jika pada akhirnya keluarga memutuskan untuk menjual bisnisnya, harus dipahami nilai sebenar-benarnya dari bisnis. Untuk itu, harus dilakukan perencanaan finansial secara matang dan valuasi dengan cermat. Dalam hal ini, bisnis keluarga dapat meminta bantuan penilai profesional atau pakar valuasi. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap arus kas, kewajiban, aset,, modal, rugi laba, dan juga tren pasar.
Seperti bisnis lainnya, bisnis keluarga dikenal lantaran ciri khasnya. Ciri khas tersebut bisa dalam hal reputasi, merek, kualitas produk, Faktor-faktor ini bisa dipertimbangkan dalam melakukan valuasi. Makin tinggi kualitas produk dan reputasi binis keluarga, tentunya makin mahal valuasinya. Sebelum dijual, bisnis keluarga harus berupaya agar operasinnya lebih efisien, kondisi keuangannya dibenahi. Dengan demikian, nilainya akan maksimal.
Boleh jadi pemilik bisnis keluarga masih akan terbayang-bayang dengan bisnisnya setelah mereka jual. Ini adalah hal wajar. Meski demikian, pemilik harus menatap ke depan. Pemilik bisa mulai menjajaki bisnis, minat, dan hobi baru. Ia bisa juga berbagi pengalaman dan keahlian, yang tentunya menjadi inspirasi banyak orang.