Michele Ferrero, orang terkaya di Italia sekaligus pendiri Ferrero Group, kerajaan cokelat yang telah mengglobal, selalu menolak jika ada pihak luar yang mengajukan penawaran untuk membeli perusahaannya. Tak terkecuali baru-baru ini. Seperti diberitakan Reuters, Giovanni, putra Michele, membantah kabar yang mengatakan Nestle ingin membeli Ferrero. Giovani menegaskan Ferrero tidak akan dijual. Nestle sendiri juga menolak kabar pihaknya ingin mengakuisisi Ferrero.
Terlepas benar tidaknya kabar akuisisi oleh Nestle, yang jelas Ferrero, produsen selai cokelat Nutella, harus mulai memikirkan rencana suksesi mengingat Michele telah berusaia 88 tahun. Awalnya, Michele menyiapkan Pietro, putra tertuanya, untuk meneruskan kerajaan bisnisnya. Sayang, Pietro meninggal dunia akibat serangan jantung saat bersepeda di Afrika Selatan tahun 2011, dalam usia 47 tahun. Meninggalnya Pietro membuka peluang bagi Giovanni. Namun menurut sejumlah sumber, Giovanni kurang tertarik meneruskan bisnis ayahnya.
Para analis menganggap Ferrero, yang didirikan tahun 1946 dan bermarkas di kota Alba, sebagai perusahaan swasta paling bernilai di negeri Pizza. Di tengah-tengah resesi ekonomi berkepanjangan yang melanda Italia, Ferrero justru tetap bersinar. Dengan nilai penjualan hampir 8 Miliar Euro tahun lalu, Fererro diperkirakan bernilai hingga 18 Miliar Euro.
Michele meneruskan bisnis yang dibangun ayahnya, yang juga bernama Pietro. Di tangan Michele, Ferrero bertransformasi menjadi perusahaan raksasa berkelas dunia. Meski mengelola dengan tangan besi, Michele disukai karyawan lantaran berhasil menciptakan kondisi kerja yang nyaman. Ia juga peduli terhadap nasib masyarakat. Michele rajin bolak-balik dari Vilanya di Monte Carlo ke kantor pusat perusahaan di Alba untuk ikut aktif mencicipi dan merancang produk baru.
Sejak didirikan, Ferrero Group belum pernah mengakuisisi perusahaan lain. Memang Ferrero pernah berpikir untuk mengakuisisi Cadbury, perusahaan asal Inggris yang menjadi pesaingnya. Namun hingga sekarang tidak ada kabar lebih lanjut.
Apa yang terjadi di Ferrero Group kerap dijumpai di perusahaan keluarga. Berkat kerja keras, dedikasi, dan karisma yang dimiliki, generasi senior sukses membesarkan perusahaan. Namun tatkala usia generasi senior semakin menua, mulai terselip kekhawatiran akan nasib perusahaan di masa depan, terutama kelak saat generasi senior tidak lagi memimpin. Pada saat yang sama, generasi muda dianggap belum mampu mengimbangi generasi senior.
Guna meminimalkan kekhawatiran ini, proses pergantian kepemimpinan dari generasi senior kepada generasi muda harus dipikirkan. Hal ini lantaran suksesi merupakan fase kritis yang dapat menentukan hidup matinya perusahaan. Kesalahan dan ketidakpedulian terhadap suksesi akan membawa perusahaan keluarga ke ujung tanduk. Suksesi dapat mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal semisal pemasok, pelanggan, dan lembaga keuangan. Pihak-pihak eksternal ini ingin tahu siapa yang menjadi pemimpin pasca generasi senior atau pendiri. Mereka kemudian akan memutuskan apakah akan tetap melanjutkan hubungan dan kerja sama dengan perusahaan keluarga atau tidak.
Selama ini terjadi salah kaprah lantaran menganggap suksesi hanya sebatas mengganti generasi senior (orang tua) dengan generasi penerus (anak) di pucuk pimpinan. Padahal suksesi berkaitan dengan aspek-aspek yang lebih luas. Aspek-aspek itu adalah generasi senior, generasi penerus, perencanaan strategis, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Suksesi tidak mungkin berjalan mulus tanpa dukungan generasi senior. Mereka wajib mendidik generasi penerus menjadi pemimpin yang andal dan pribadi yang kompeten. Semakin awal dilakukan tentu semakin baik. Generasi senior juga tidak perlu ragu memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya untuk mengambil keputusan-keputusan strategis. Tidak perlu terlalu khawatir mereka melakukan kesalahan, tentu hingga batas-batas tertentu. Anggaplah hal ini sebagai pembelajaran bagi mereka.
Sikap dan komitmen generasi penerus sendiri tak kalah penting. Pertama-tama, pastikan generasi penerus memang ingin berkiprah dalam perusahaan keluarga. Setelah itu, seiring tumbuh kembangnya perusahaan dan perubahan lingkungan bisnis, prinsip-prinsip manajemen modern wajib diterapkan. Generasi muda juga harus pandai-pandai mendelegasikan wewenang baik kepada anggota keluarga maupun profesional. Mereka juga harus menjadi agen perubahan yang membawa perusahaan menuju kejayaan yang lebih tinggi.
Menghadapi persaingan bisnis yang sengit pasca mundurnya generasi senior, perencanaan strategis perlu diikutsertakan ke dalam proses suksesi. Langkah-langkah dalam perencanaan strategis terdiri atas penyelarasan kepentingan perusahaan dengan kepentingan para pemangku kepentingan dan keluarga; perumusan visi, misi, tujuan strategis; penyusunan rencana bisnis; dan pengimplementasian rencana yang telah disusun.
Dalam praktek manajemen modern, SDM yang kompeten menjadi aset terpenting perusahaan, tak terkecuali perusahaan keluarga. Oleh karenanya, pelatihan dan pengembangan karyawan menjadi sangat penting. Tentu hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Berkaitan dengan pengembangan SDM, pengembangan karier bagi anggota keluarga juga wajib diperhatikan. Harus ada kesesuaian antara kualifikasi masing-masing anggota keluarga dengan posisi yang diduduki.
Dukungan generasi senior, komitmen generasi penerus, adanya perencanaan strategis, dan SDM yang kompeten dapat membantu perusahaan keluarga melewati dengan mulus fase suksesi.