FAMILY BUSINESS INSIGHT

Menyatukan Visi dan Generasi Melalui Rekrutmen

Bisnis keluarga umumnya memiliki nilai dan budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meski demikian, tiap generasi tidak jarang memiliki visinya masing-masing. Masalah timbul tatkala visi yang berbeda ini harus disatukan. Kegagalan mengatasi masalah ini akan menimbulkan benturan budaya (culture clash).

Generasi senior banyak yang lebih suka mempertahankan apa yang ia rintis, mulai dari gaya memimpin, gaya bekerja, gaya berkomunikasi, dan sebagainya. Bagi mereka, cara inilah yang terbaik menuju sukses. Namun, generasi muda memiliki pandangan yang berbeda. Lantaran lebih terpapar teknologi, lebih luas pergaulannya secara internasional, dan lebih menguasai pengetahuan manajemen modern, mereka lebih suka menempuh cara yang berbeda. Sebagai contoh, generasi penerus ingin menggunakan teknologi mutakhir agar kerja perusahaan lebih efisien. Sedangkan generasi senior lebih senang dengan teknologi yang sekarang lantaran sudah terbiasa menggunakannya.  Perselisihan akibat perbedaan ini dapat menghalangi kemajuan perusahaan.

Rekrutmen ternyata dapat menjadi alat untuk menyatukan generasi dan menyelaraskan visi dalam bisnis keluarga. Bagaimana bisa? Rekrutmen yang tepat akan menghadirkan orang yang bukan hanya kompeten, melainkan juga membantu menciptakan kerukunan antargenerasi. Di samping itu, nilai-nilai dan budaya perusahaan juga akan menguat.

Dalam hal ini, bisnis keluarga memiliki keunggulan. Menurut Edelman Trust Barometer 2022, bisnis keluarga merupakan perusahaan yang paling dipercaya. Kondisi ini telah berlangsung selama sembilan tahun berturut-turut. Sebanyak 67 persen responden mengatakan bahwa mereka memercayai bisnis keluarga, dibandingkan dengan 58 persen untuk perusahaan swasta, 56 persen untuk perusahaan go public, dan 52 persen untuk perusahaan milik negara. Bisnis keluarga memperoleh kepercayaan ini lantaran memiliki tujuan yang jelas dan nilai-nilai yang kuat. Semuanya berasal dari keluarga. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah komitmen untuk memberikan dampak positif bagi karyawan dan komunitas. Pun, bertindak sebagai bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Tatkala karyawan mencari pekerjaan yang lebih bermakna, menjadi bagian dari bisnis keluarga menawarkan peluang untuk mengaplikasikan nilai-nilai yang mereka anut serta mengerahkan waktu dan energi mereka untuk kemajuan bisnis.

Bisnis keluarga dapat memanfaatkan keunggulan ini untuk memenangkan persaingan untuk memikat talenta dan mendorong pertumbuhan. Guna mewujudkan hal tersebut, bisnis keluarga harus berfokus pada hal-hal yang paling penting bagi karyawan.

Lantas bagaimanakah rekrutmen yang tepat untuk bisnis keluarga? Pertama-tama, bisnis keluarga harus merumuskan secara jelas nilai-nilai, budaya, dan tradisi yang mereka anut, baik lama atau pun baru. Harus perumusan ini menjadi pedoman untuk langkah selanjutnya.

Salah satu tantangan yang kerap dihadapi bisnis keluarga adalah mencari keseimbangan yang tepat antara tradisi dan inovasi. Untuk itu, pelibatan generasi muda amatlah penting. Generasi muda biasanya lebih paham dengan tren-tren terbaru. Pemahaman ini menjadi modal untuk merekrut orang yang tepat. Namun bukan berarti generasi senior tak dilibatkan. Justru, generasi senior harus tetap diikutsertakan. Selain memperkaya sudut pandang, pelibatan ini  akan menimbulkan rasa memiliki dalam pengambilan keputusan.

Setelah menemukan kandidat yang sesuai, langkah berikutnya adalah memberikan pemahaman tentang budaya perusahaan dan dinamika bisnis keluarga. Ini diwujudkan melalui program onboarding yang disusun secara matang. Sebagai contoh adalah Mars. Mars adalah perusahaan multinasional asal Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini memproduksi permen, makanan hewan peliharaan, dan produk makanan lainnya. Mars adalah salah satu perusahaan terbesar di AS, dan dimiliki sepenuhnya oleh keluarga Mars. Mars merekrut eksekutif non-keluarga yang memiliki kecocokan budaya yang kuat dan memberi mereka kesempatan kepemimpinan sambil membimbing mereka mengenai “Lima Prinsip” perusahaan (kualitas, tanggung jawab, saling menguntungkan, efisiensi, kebebasan). Perusahaan memupuk lingkungan kolaboratif  Eksekutif dari luar keluarga berkontribusi bagi perkembangan perusahaan. Pada saat yang sama, mereka ikut melestarikan nilai keluarga.

Dalam perekrutan untuk menyatukan generasi dan menyelaraskan visi ini, ada sejumlah isu yang haru diperhatikan. Generasi senior kerap enggan melibatkan generasi penerus dalam perekrutan. Alasannya? Melindungi tradisi keluarga. Untuk mengatasi hal ini, generasi senior harus diyakinkan bahwa nilai-nilai inti perusahaan akan aman. Perubahan dilakukan untuk memperkuat, bukan melemahkan nilai-nilai inti perusahaan.

Tantangan lainnya adalah bukan perkara gampang mencari orang yang bukan hanya kompeten secara teknis, melainkan juga cocok secara kultural bagi bisnis keluarga. Untuk meminimalkan kesulitan ini, seleksi harus dilakukan secara saksama. Untuk mengatasi konflik antargenerasi, harus dilakukan diskusi secara terbuka.

Manajer profesional adakalanya sulit menyeimbangkan budaya keluarga dengan keahlian yang mereka miliki. IKEA, perusahaan furnitur asal Swedia, merekrut eksekutif profesional berdasarkan keselarasan dengan nilai-nilai inti perusahaan, yaitu kerendahan hati, kesederhanaan, dan keberlanjutan. Mereka mendalami budaya perusahaan melalui program pelatihan yang menekankan visi pendirinya. Hasilnya, eksekutif profesional memiliki sense of belonging yang tinggi. Mereka rela berjuang bersama-sama mewujudkan visi dan misi perusahaan, yang sekaligus juga sebagai visi dan misi keluarga.

Related Articles