FAMILY BUSINESS INSIGHT

Penerus Bisnis Keluarga: Ahli Waris atau Pendobrak?

Pengawal tradisi atau penggerak perubahan? Pertanyaan inilah yang agaknya muncul terkait penerus bisnis keluarga. Di satu sisi, penerus kerap diwanti-wanti untuk menjaga tradisi lantaran telah terbukti kemanjurannya: bisnis keluarga sukses berkembang. Namun di sisi lain, penerus dituntut untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Bagi keluarga, binsis keluarga bukan sekadar sumber penghasilan dan kehidupan. Lebih dari itu, binis keluarga menjadi sumber kebanggaan dan identitas keluarga. Bisnis keluarga juga menjadi manifestasi nilai-nilai keluarga. Semuanya itu diwariskan secara turun temurun. Masalahnya, penerus (akan) berkiprah pada zaman yang berbeda dengan orangtua mereka.

Ada sejumlah alasan mengapa penerus mempertahankan tradisi keluarga. Penerus merasa memiliki kewajiban moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang ditanamkan pendahulunya. Dengan demikian, pengorbanan pendahulu tak sia-sia. Ini sekaligus sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa orangtua.  Pun, untuk menunjukan komitmen dan loyalitas penerus terhadap bisnis keluarga.

Alasan lainnya adalah demi mengurangi risiko.  Tidak ada jaminan binsis keluarga akan tetap sukses jika mendobrak tradisi. Belum lagi risiko perselisihan dengan keluarga.

Namun, mempertahankan tradisi bukannya tanpa masalah. Terutama terkait dengan perkembangan ekonomi, sosial politik, hukum, teknologi, dan selera pasar. Jika terlalu terikat dengan tradisi, bisnis keluarga terancam kehilangan relevansinya. Perusahaan jadi sulit menyesuaikan diri dengan zaman.

Tak heran jika penerus ingin menjadi pendobrak pakem yang selama ini berlaku.  Apatah lagi, bisnis keluarga harus bersaing  bukan saja dengan kompetitor dalam negeri, melainkan juga luar negeri. Ada faktor lain. Dengan pengetahuan dan keterampilan yang lebih segar, penerus merasa mampu membawa bisnis keluarga terbang lebih tinggi. Terutama melalui digitalisasi dan penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Mereka lebih mengerti teknologi terkini dan berwawasan lebih luas. Penerus juga kerap mampu mengindentifikasi peluang yang luput dari penglihatan orangtua mereka.

Bagaimanapun, penerus dan pendahulu adalah dua pribadi yang berbeda. Penerus tentunya ingin menciptakan sesuatu yang khas mereka. Dengan kata lain, penerus ingin memiliki identitas sendiri, yang berbeda dengan orangtua mereka. Mereka tidak hanya ingin diingat sebagai anak orangtua yang sukses merintis  serta mengembangkan binis keluarga. Penerus ingin dikenal sebagai inovator ulung.

Namun, sama halnya dengan mempertahankan tradisi, mendobrak tradisi juga bukannya tanpa masalah. Masalah yang kerap dijumpai adalah resistensi generasi senior. Apalagi jika generasi senior masih kuat pengaruhnya meski secara resmi sudah menyatakan mundur.  Di samping itu, tidak semua inovasi berhasil. Kegagalan ini bisa menjadi semacam amunisi untuk melawan perubahan.

Lantas bagaimana? Kenyataanya, banyak bisnis keluarga yang setia mempertahankan tradisi, namun juga menjadi pendobrak. Ferrero Group misalnya. Fererro adalah adalah perusahaan multinasional Italia yang berkantor pusat di Alba. Ferrero adalah produsen cokelat dan produk penganan bermerek, serta produsen cokelat dan perusahaan penganan terbesar kedua di dunia. Perusahaan ini sangat peduli pada mutu dan tradisi dalam resep produk ikonik seperti Nutella dan Ferrero Rocher.  Perusahaan ini juga terkenal tertutup dan konservatif dalam mengelola keuangannya. Meski demikian, perusahaan ini rajin melakukan akuisisi, untuk memperluas bisnisnya agar selaras dengan perkembangan zaman. Ini terutama terjadi di masa pemimpin saat ini, Giovani Ferrero. Ia adalah generasi kedua, anak dari Michele Ferrero, pendiri perusahaan. Termasuk akuisisi terhadap produk-produk Nestle dan Kellogg. Selain rajin melakukan akuisisi, Ferrero juga mendorong inisiatif berkelanjutan.

Contoh lainnya adalah Lego. Perusahaan asal Denmark yang terkenal dengan mainan plastiknya ini mengedepankan kreativitas, produk ramah keluarga, dan dominasi keluarga untuk setiap keputusan strategis. Namun seiring perkembangan zaman, Lego lebih fleksibel. Lego mengintegrasikan pengalaman digital, seperti permainan video dan realitas tertambah (AR), dengan produk fisik perusahaan.

Hermes, produsen terkenal barang mewah asal Perancis, dikenal sangan menjunjung tinggi kerajinan tangan. Banyak produk perusahaan tersebut yang masih dibuat dengan tangan. Hermes menjunjung tinggi nilai eksklusivitas, kualitas, dan reputasi.  Meski demikian, Hermes teryata mengerti perubahan zaman. Generasi muda punya selera sendiri. Teknologi menjadikan produksi barang makin efisien dan berkualitas. Karena itu, Hermes memanfaatkan pemasaran digital untuk menjual produknya. Hermen juga bekerja sama dengan artis-artis kontemporer dan pemengaruh agar produknya tetap sejalan dengan tren modern.

Artinya, penerus bisa menjadi ahli waris sekaligus pembaharu. Inovasi memang penting, tetapi tak boleh asal menggelinding. Cara berinovasi yang ideal boleh jadi dilakukan secara gradual. Dengan demikian, stabilitas bisa lebih terjaga.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, pernah mengatakan jangan sekali-kali melupakan sejarah. Agaknya, kalimat ini relevan jika diterapkan kepada penerus. Artinya, penerus tidak boleh membuang begitu saja legasi pendahulunya. Pertahankanlah yang masih relevan. Sesuaikanlah jika diperlukan. 

Penerus dan pendahulu harus saling berkomunikasi secara berkala. Tjuannya agar semua pihak saling memahami. Pendahulu harus belajar dan memahami perkembangan zaman. Sedangkan penerus dapat belajar dari pengalaman dan kebijaksanaan pendiri.

Konflik kerap terjadi dalam bisnis keluarga, termasuk konflik antara anak dan orangtua. Untuk meminimalkan risiko konflik, salah satu kuncinya adalah menerapkan profesionalisme terutama dalam pemilihan orang.

Related Articles