FAMILY BUSINESS INSIGHT

Perencanaan Strategis dalam Perusahaan Keluarga

Menjelang akhir tahun, banyak perusahaan yang sibuk melakukan perencanaan strategis, tak terkecuali perusahaan keluarga. Dalam perencanaan strategis, sebuah perusahaan melakukan proses pendefinisian strategi dan membuat keputusan mengenai pengalokasian sumber daya guna menjalankan strategi tersebut. Perencanaan strategis memaksa perusahaan untuk melihat ke masa depan dan berusaha membentuk masa depannya secara proaktif.

Secara singkat, perencanaan strategis terdiri dari empat fase. Fase pertama, menyelaraskan kepentingan perusahaan dengan kepentingan para pemangku kepentingan. Fase kedua, memformulasikan strategi organisasi, dimulai dengan penyusunan visi dan misi. Berikutnya ditetapkan strategic objectives, yaitu hasil spesifik yang ingin dituju untuk dapat mencapai misi yang telah dicanangkan. Setelah strategic objectives ditetapkan, barulah diformulasikan strategi, yaitu bagaimana strategic objectives dapat dicapai. Fase ketiga, menyusun rencana bisnis, yang memuat strategi fungsional masing-masing bagian atau departemen dalam perusahaan serta program-program dan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapainya. Fase keempat adalah mengimplementasikan rencana yang telah disusun. Hasil pengimplementasian ini kemudian dievaluasi, apakah telah sesuai dengan rencana yang sebelumnya disusun.

Namun dalam perusahaan keluarga, proses perencanaan strategis menjadi lebih konpleks karena harus mempertimbangkan isu-isu yang terjadi dalam keluarga. Hal ini tak terhindarkan mengingat hubungan keluarga kerap berpengaruh terhadap keputusan bisnis. Demikian pula sebaliknya. Meski demikian, hal ini tidak perlu terlalu dirisaukan karena tidak selalu berdampak negatif. Kuncinya adalah kemampuan menyelaraskan kepentingan keluarga dengan kepentingan bisnis.

Menurut Ward, proses perencanaan strategis dalam perusahaan keluarga diawali dengan meneguhkan komitmen keluarga bagi kemajuan dan keberlangsungan perusahaan. Dalam rangka meneguhkan komitmen ini, anggota keluarga harus memiliki orientasi jangka panjang. Di samping itu, mereka harus siap mendedikasikan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengurus perusahaan. Setiap anggota keluarga juga harus mampu menjalin kerja sama yang harmonis, baik dengan anggota keluarga yang lain maupun dengan karyawan non keluarga. Bagi generasi muda, mereka harus mengembangkan kualitas kepemimpinannya. Sementara generasi senior harus rela menyerahkan kekuasaannya kepada generasi penerus bila waktunya tiba.

Dalam proses perencanaan strategis, anggota keluarga selayaknya juga melibatkan karyawan non keluarga, mengingat merekalah yang akan memainkan peran penting dalam mengeksekusi strategi. Dengan melibatkan karyawan non keluarga, mereka juga akan merasa lebih dihargai.

Dengan adanya perencanaan strategis, pengetahuan keluarga tentang seluk-beluk pengelolaan bisnis, khususnya bisnis yang digeluti, akan semakin bertambah. Perencanaan strategis juga dapat dijadikan sarana latihan bagi generasi penerus agar kelak dapat memimpin perusahaan dengan lebih baik. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu terciptanya pemahaman bersama mengenai bisnis perusahaan. Pemahaman bersama ini penting mengingat konflik dalam perusahaan keluarga seringkali disebabkan oleh terjadinya perbedaan diantara sesama anggota keluarga dalam hal pengelolaan dan arah perusahaan.

Kenyataanya, banyak perusahaan keluarga yang masih enggan melakukan perencanaan strategis karena menganggapnya sebagai ancaman terhadap kreativitas dan fleksibilitas dalam berbisnis. Penyebab berikutnya berkaitan dengan masalah pengambilan keputusan dan keterbukaan informasi. Hasil perencanaan strategis kerap mengharuskan pimpinan perusahaan berbagi informasi dan wewenang untuk mengambil keputusan. Padahal bagi mereka, informasi dan wewenang pengambilan keputusan merupakan simbol kekuasaan. Mereka khawatirt akan kehilangan kekuasaan bila harus berbagi informasi dan menyerahkan sebagian wewenangnya kepada orang lain untuk mengambil keputusan. Penyebab lainnya adalah pimpinan atau pendiri perusahaan keluarga menganggap perencanaan strategis tidak relevan mengingat masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Ketidakjelasan minat generasi penerus juga menjadi alasan lain penolakan terhadap perencanaan strategis. Bagaimanapun, inti masalah sebenarnya terletak pada perubahan. Banyak perusahaan keluarga yang merasa nyaman dengan pencapaian yang telah diraih selama ini sehingga mereka merasa tidak perlu berubah.

Bagaimanapun, hendaknya disadari bahwa perencanaan strategis justru bertujuan agar kreativitas dan fleksibilitas dapat lebih diarahkan bagi kemajuan perusahaan. Pimpinan perusahaan keluarga juga harus sadar bahwa seiring tumbuh kembangnya perusahaan, ia tidak lagi bisa melakukan semuanya sendiri, melainkan harus melakukan pendelegasian, termasuk wewenang untuk mengambil keputusan untuk hal-hal tertentu. Semakin besar perusahaan, semakin banyak tugas dan wewenang yang harus didelegasikan. Dalam perencanaan strategis, pengaturan tugas dan wewenang ini dapat diatur lebih detail. Perencanaan strategis dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi perubahan di masa depan. Ingatlah bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Jika gagal mengantisipasi serta merespon secara tepat, perusahaan keluarga  akan tergilas.

Patricia Susanto
CEO of The Jakarta Consulting Group

Related Articles